Edelweis

Edelweis 

Karya: A.A.Fifi


Gambar: Admin Lorong Karya

Edelweis, itulah nama yang disandangkan orang kepada seorang perempuan yang konon katanya selalu menari di muka bumi, berpindah-pindah dari kota, ke desa, ke hutan ke sungai, ke laut, ke gunung, dan semua permukaan bumi. Nama itu persis dengan nama sebuah bunga yang tumbuh di gunung-gunung. Mekarnya cukup lama sehingga dianggap bunga abadi. Sebagian mengatakan nama bunga itu diambil dari nama perempuan tadi. Perempuan yang abadi dalam tariannya. Sebagian lagi mengatakan, jika nama perempuan itulah yang diambil dari nama sebuah bunga. Tidak ada yang tahu pasti, tentang siapa yang lebih dulu antara perempuan bernama Edelweis itu atau bunga Edelweis, bahkan sejarawan sekalipun. Apakah perempuan itu yang mengambil nama dari sebuah bunga atau bunga itulah yang mengambil namanya. Pertanyaan itu selalu menjadi misteri yang sukar dijawab.

Sepertinya, pertanyaan itu memang tidak akan pernah menemukan jawabannya. Sebab Edelweis sudah ada cukup lama dan tidak ada yang tahu pasti siapa yang menamainya. Bisa saja perempuan itu bukan bernama Edelweis. Namanya adalah lainnya yang tidak kita tahu. Nama Edelweis bisa saja adalah pemberian orang yang iseng, atau mungkin orang yang beralasan, lalu mempercayainya. Bukankah tidak jarang memang ditemukan yang demikian. Bukankah kita menyebut botol sebagai botol tanpa alasan yang jelas pula? Dan kita memang tidak perlu alasan untuk menyebut botol sebagai botol.

Namun yang pasti, yang disebut Edelweis itu masih menari di atas  muka bumi. Walau tak ada yang pernah tahu belahan bumi yang mana dia sedang menari. Sebab Edelweis konon katanya memang tidak suka menampakkan diri. Dia lebih suka bersembunyi. Bisa juga bukan dia yang suka bersembunyi, tapi manusia yang tidak sanggup melihatnya. Konon katanya, jika Edelweis sedang menari di kota, dia bersembunyi di tempat sampah. Sebab hanya di tempat sampah Edelweis bisa bersembunyi dari manusia lainnya.

Tak ada satupun yang tahu bagaimana tarian Edelweis. Meskipun, ada banyak sekali pendusta yang mengaku-ngaku pernah melihatnya menari di bawah cahaya rembulan. Orang tadi lalu menunjukkan tarian Edelweis yang kemudian diamini oleh kebanyakan orang dan disahkan sebagai tarian Edelweis. Masing-masing pendusta itu menunjukkan tarian Edelweis yang berbeda-beda. Tidak ada satupun dari mereka yang sama.


Masyarakat setempat biasanya membela pendapat orang terdekatnya. sehingga muncul banyak sekali kubu. Jika sudah demikian, mau tidak mau pemerintah harus mendamaikannya. Maka dari hasil pertemuan seluruh pemimpin dunia, didirikanlah Institut Penelitian Tarian Edelweis. Institut ini ditugaskan untuk menyelidiki tarian Edelweis yang sesungguhnya. Dikumpulkanlah orang-orang yang pernah mengaku melihat Edelweis menari. Mereka mewawancarainya satu persatu. Tak cukup itu, mereka juga membaca catatan kehidupan setiap saksi. Takut-takut ada yang memang dikenal sebagai pembohong atau penipu.

Namun rupanya upaya itu tidak berhasil. Sebab hasil penelitian Institut-institut di seluruh negara malah tidak sama. Terjadilah debat yang berkepanjangan antar negara. Karena tidak juga selesai, akhirnya malah berujung pada perang dunia yang telah menewaskan jutaan jiwa.
Kemudian, entah angin dari mana, mereka sepakat pada penadapat yang mengatakan jika tarian Edelweis bermacam-macam. Sehingga pendapat masing-masing mereka tidak bisa disalahkan. Tapi, persoalan Edelweis tidak berhenti disana. Karena setelah itu, muncul pertanyaan baru. Dimanakah Edelweis saat ini sedang menari?. Banyak negara yang mengklaim jika Edelweis sedang menari di negara mereka. Konon negara yang di singgahi Edelweis menjadi akan menjadi negara yang makmur dan sejahtera. Karena klaim berbagai negara bersamaan, muncul kebingungan baru. Bagaimana mungkin satu orang bisa ada di dua tempat sekaligus. Tentu Edelweis hanya ada satu. Tapi bagaimana untuk membuktikannya? Mungkin dengan CCTV. Benar, dengan CCTV.

Peraturan baru sudah di terapkan. Masing-masing negara harus mempunyai CCTV yang mampu melihat seluruh sudut negara tanpa terkecuali. CCTV di pasang. Di jalan-jalan, hutan, bahkan lautan. Tapi, setahun lebih sudah sejak pemasangan CCTV massal, tidak ada satupun tanda-tanda adanya Edelweis. Meskipun, ada juga sebagian negara yang mengkalim jika seseorang yang dicurigai Edelwis muncul di negaranya, tapi klaim itu tidak dapat dibenarkan. Walhasil, Edelweis tetap menjadi rahasia alam yang tidak dapat dipecahkan. Entah apa karena teknologi saat ini yang belum mampu atau memang Edelweis yang pandai bersembunyi, semuanya tidak ada yang tahu.

Mungkin dari saking frustasinya, sebagian cendikiawan menganggap Edelweis sebagai mitos yang diturunkan dari nenek moyang. Argumen itu tentu menggegerkan seluruh penduduk bumi. Bagaimana tidak, jika demikian kenyataannya, maka seluruh tarian Edelweis tiada artinya. Tapi, bagaiaman mau membantah kepercayaan itu? Bukankah masing-masing tidak punya bukti? Mungkin itulah awal mula perang dunia yang selalu berkelanjutan hingga hari ini.

Semua negara semakin giat menelusuri sejarah Edelweis. Yang percaya adanya Edelweis berusaha mencari data pembuktian keberadaannya, sementara yang tidak percaya, berusa mencari data penyangkalannya. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Tak ada yang mau kompromi.

Sementara, dibalik kabut yang gelap, seorang perempuan sedang mengamati semuanya lewat bisikan-bisikan alam yang entah dari mana asalnya. Perempuan itu tampak sedih, namun apalah daya, kabut tebal membuatnya tidak bisa melihat apa-apa. Kabut itu semakin tebal, seiring dengan tumbuhnya kesombongan dihati manusia. Tidak ada yang bisa dia lihat ataupun dia raba. Hanya bisikan suara yang tidak jelas asalnya yang ia dengar. Dia terkurung di dalam kabut yang tercipta dari kesombongan pemujanya.
 
Kontributor Lorong Karya

Lorong Karya berdiri sejak tanggal 23 Juni 2023. Blog ini berada dibawah tanggung jawab UKM Seni dan Budaya KALA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama